Skip to main content

Penerapan Sistem “Bermain Sambil Belajar, Belajar Seraya Bermain”


Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu disamping mereka bermain mereka sekaligus mengasah ketrampilan dan kemampuan. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan memori otak sangat pesat.
Di seluruh dunia anak bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Ada anak-anak yang bermain dengan patut, namun ada juga yang bermain “cukup berbahaya” mereka lakukan sebagai kanak-kanak. Peran pendidikanlah untuk mengawal bagaimana permainan dapat menumbuh kembangkan mereka secara patut dan utuh sebagai anak manusia.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa pendidikan di TK merupakan masa usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan TK dapat memberi andil bagi peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase usia emas ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya.
Pada usia ini pula, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialnya. Usia emas itu datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi pada fase berikutnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak pada usia ini harus mendapatkan beragam input yang merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian dan potensi diri baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Dengan pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar menjadi warga negara yang baik.
Pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian, dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
Demikian juga kemampuan berbahasa, bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikirannya melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Pengembangan fisik/motorik untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan kordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak mengembangkan kemampuan logika matematik dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti, sedangkan pengembangan seni, agar anak mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang kreatif.
Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK (Depdiknas, 2006).
Seto Mulyadi (2006) psikolog anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara bermain yang menyenangkan.
Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu melalui bermain. Oleh karena itu, pendidikan di TK yang menekankan bermain sambil belajar dapat mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya.
Seluruh potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal apabila disirami suasana penuh kasih sayang dan jauh dari berbagai tindak kekerasan, sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira. Oleh karena itu, kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui cara-cara bermain aktif yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan emosional, bukan teori akademik.
Jenis Kegiatan Bermain
Beberapa ahli psikologi anak seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan Freud, menyampaikan paling tidak ada tiga jenis kegiatan bermain yang mendukung pembelajaran anak, yaitu, bermain fungsional atau sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif.
Bermain fungsional atau sensorimotor dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika anak-anak disediakan kesempatan untuk bergerak secara bebas berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan, dihadapkan dengan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Anak dibina dengan berbagai cara agar mereka dapat bermain secara penuh dan diberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensorimotor.
Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan spasial, afeksi, dan keterampilan kognisi. Bermain peran memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Kualitas pengalaman main peran tergantung pada beberapa faktor, antara lain; (1) cukup waktu untuk bermain, (2) ruang yang cukup, dan (3) adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan.
Menurut Erikson terdapat dua jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, misalnya orang-orangan kecil yang lagi berjual beli. Sedangkan bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan anak dalam sebuah rumah tangga.
Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bermain untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi sebuah karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair, maupun bahan terstruktur, seperti air, cat, krayon, playdough, pasir, puzzle, atau bahan alam lain. Bermain pembangunan menurut Piaget dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Melalui bermain pembangunan, anak juga dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.
Dalam kegiatan bermain, dikenal adanya konsep intensitas dan dentitas. Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan Misalnya anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan bahan yang bersifat cair, mendapatkan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas akan membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret menuju ke penciptaan sesuatu yang bermakna dan menuju ke menulis kata dan kemudian kalimat.
Konsep densitas menekankan pada keanekaragaman kegiatan bermain yang disediakan untuk anak di lingkungannya. Kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui beberapa jenis bermain yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak. Misalnya untuk melatih keteramplan pembangunan anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya. Anak-anak dapat menggunakan palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan untuk berlatih keterampilan pembangunan terstruktur. Dengan demikian berarti dalam kegiatan bermain harus mempunyai intensitas dan dentitas yang memadai.
Dengan menyediakan beraneka jenis mainan yang tepat bagi anak, peralatan, dan tempat yang memadai, serta memberi kesempatan yang cukup kepada anak untuk bermain, misalnya anak mendapat kesempatan memilih serangkaian kegiatan bermain setiap hari untuk terlibat dalam bermain peran, bermain pembangunan, dan sensorimotor, hal itu berarti memberi layanan pendidikan kepada anak TK secara optimal.
Selanjutnya agar anak-anak dalam bermain dapat berlangsung lebih efektif, maka pengalaman bermain anak seharusnya direncanakan dengan baik, penataan lingkungan yang tepat, dan diberi bimbingan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak sebagaimana yang telah dilakukan dalam model pembelajaran sentra. Ada beberapa dukungan penataan/pijakan yang dilakukan untuk mencapai mutu pengalaman bermain, yaitu dukungan penataan lingkungan bermain, penataan pengalaman sebelum bermain, penataan pengalaman bermain saat bermain, dan juga penataan pengalaman setelah bermain.
Penataan lingkungan bermain artinya mengelola lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup, merencanakan intensitas dan densitas pengalaman, memiliki berbagai bahan yang mendukung jenis-jenis permainan, sensorimotor, pembangunan dan bermain peran, memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan, dan menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif.
Penataan pengalaman sebelum bermain merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru untuk memberi gagasan sebelum anak melakukan kegiatan bermain. Penataan pengalaman saat bermain, meliputi pemberian waktu kepada anak untuk mengelola dan memperluas pengalaman bermain, mencontohkan komunikasi yang tepat, memperkuat dan memperluas bahasa anak, meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui hubungan teman sebaya, mengamati dan mendokumentasikan kemajuan bermain anak. Sedangkan penataan pengalaman setelah bermain dimaksudkan mengajak anak untuk mengingat kembali pengalaman bermainnya dan saling menceritakan pengalaman bermain, serta mengemas permainan agar tertata kembali.
Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan di KB/TK harus memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Selain itu, kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di KB/TK, dikenal beberapa model pembelajaran, misalnya model klasikal, model kelompok dengan pengaman, model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, serta model berdasarkan berdasarkan area, dan sentra.
Model klasikal merupakan model pembelajaran yang paling sederhana yang menganggap anak memiliki kemampuan sama. Dengan sarana bermain yang sangat terbatas, menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan kurang menekankan kegiatan bermain, tetapi lebih bersifat akademik. Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola pembelajaran, dimana anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan pengaman, sedangkan model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, anak-anak dibagi-bagi menjadi beberapa sudut kegiatan.
Penggunaan model ini sudah mulai memperhatikan keberagaman kemampuan dan minat anak, dengan menfasilitasi sarana pembelajaran/bermain lebih bervariasi. Kini, model pembelajaran berdasarkan area atau sentra merupakan penyempurnaan dari sebelumnya. Pembelajaran yang menggunakan area, dengan tersedianya banyak area, misalnya area seni, area balok, area memasak, area bermain peran, area baca-tulis, area matematika, area gerak dan musik, area pasir dan air, area IPA, dan area agama, kegiatan bermain anak dalam rangka efektivitas pembelajaran dapat terpenuhi tentu dengan direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan baik. Demikian juga pada pembelajaran dengan sentra, proses pembelajaran bukan hanya didukung dengan penyediaan sentra bermain yang beraneka ragam, tetapi juga didukung untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak dengan pijakan/penataan lingkungan bermain, penataan sebelum bermain, penataan selama bermain, dan penataan setelah bermain, yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
Dengan pengelolaan sarana bermain, kita dapat menciptakan situasi belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan, membantu anak dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan. Selain itu, pengelolaan tersebut dapat memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi atau berinteraksi dengan lingkungannya, membiasakan anak berperilaku disiplin dan bertanggungjawab, dapat membangkitkan imajinasi, serta mengembangkan kreativitas anak.
Kesimpulan
Pendidikan yang tepat di TK mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses tumbuh kembang anak dan mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya, karena pada masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan sosialnya. serta emosional dan intelektualnya.
Cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak KB/TK adalah melalui pembelajaran yang menekankan pada kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang digunakan di KB/TK merupakan permainan yang didisain sedemikian rupa, sehingga merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK yang sangat tepat.
Dalam implementasinya, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di KB/TK menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Apapun model pembelajaran yang digunakan di KB/TK, namun yang terpenting harus dikemas dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara matang, dengan memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis anak. kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.
Sebagai contoh adalah sebuah sekolah KB/TK Anak Ceria yang telah memiliki kurikulum yang telah dikembangkan untuk proses pembelajaran pada anak-anak yang duduk di bangku KB/TK.
Kurikulum

        Kurikulum KB-TK Anak Ceria mengacu pada kurikulum Departemen Pendidikan Nasional terbaru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk TK dan RA tahun 2009 yang diimplementasikan dalam metode “Belajar Sambil Bermain” dengan enam sentra pengembangan melalui pendekatan Beyond Centers Circle Times (BCCT) atau dalam bahasa Indonesianya adalah lebih jauh tentang sentra dan saat lingkaran.

        Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, sentra makro dan mikro, balok, imtaq, seni dan sentra bahan alam), dalam rangka mengembangkan seluruh potensi kecerdasan anak. Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan di sentra-sentra.

        Melalui pendekatan kurikulum hingga tahun ke-2, Anak Ceria menyiapkan system pembelajaran berkesinambungan, di mana murid dapat maju secara bertahap, berkelanjutan dan konsisten dalam pendidikannya seiring dengan perkembangan dan kedewasaan psikologis anak. Melalui keterpaduan kurikulum dan metode yang digunakan, murid, orang tua dan guru dapat memperoleh kejelasan tentang proses kegiatan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai murid di sekolah.

        Pendekatan ini akan memberikan kelonggaran guru untuk menentukan metoda yang paling tepat dan menantang para siswa untuk mencapai hasil belajar seoptimal mungkin. Sekolah dan guru menggunakan kurikulum ini untuk mengembangkan pembelajaran dan program pengajaran sesuai dengan kebutuhan murid, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan.

Prinsip-prinsip Filosofi Pendidikan

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Anak Ceria, menerapkan dua prinsip pendidikan, yaitu:

1. Meletakkan pendidikan pada empat pilar belajar :

a. Learning How to Know :

Adalah belajar untuk mengenal cara memahami dan mengkomunikasikan sesuatu yang dipelajari.

b. Learning How to Do:

Adalah menumbuhkan kreativitas, produktifitas, ketangguhan dan profesionalisme, menguasai kompetensi menghadapi situasi yang senantiasa berubah.

c. Learning How to Be:

Pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, kesadaran estetik, disiplin dan tanggung jawab.

d. Learning How to Live Together:

Pemahaman hidup selaras, seimbang nasional maupun internasional dengan menghormati nilai spiritual dan tradisi dalam kebhinekaan.

2. Belajar Sepanjang Hayat

Pendidikan di era global ini hendaknya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Karena kualitas SDM akan menentukan kualitas suatu bangsa. Dan kualitas suatu bangsa akan menentukan keberlangsungan hidup bangsa tersebut yang terus berubah seiring dengan perubahan zaman menuju ke masyarakat-industrial. Masyarakat modern – industrial akan berkembang pesat jika ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, informasi dan teknologi canggih. Perubahan ini akan berdampak pada generasi muda yang perlu dipersiapkan untuk belajar terus menerus.

Pengembangan Kemampuan Leadership

Disamping kedua prinsip pendidikan seperti tersebut di atas, KB/TK Anak Ceria juga mengembangkan kemampuan leadership murid yang antara lain meliputi :

a. Kemampuan untuk memahami diri sendiri / self understanding

b. Kemampuan keterampilan berkomunikasi / communication

c. Kemampuan menerima dan diterima orang lain / getting along with others

d. Kemampua belajar cara belajar / learning to learn

e. Keterampilan membuat keputusan / making decision

f. Keterampilan mengelola / managing

g. Bekerja dalam kelompok / working with groups

Kegiatan ini terintegrasi dalam kegiatan bermain sambil belajar terutama dalam kegiatan bermain di sudut pengembangan.

METODE “BERMAIN SAMBIL BELAJAR”

Dengan sarana Bermain Sentra Pengembangan

A.
Konsep Bermain Sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama Melalui Aplikasi Ilmu Pengetahuan Dan Tehnologi.
    Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa kegiatan bermain/permainan adalah kebutuhan yang sangat vital bagi anak. Anak secara sadar atau tidak sadar akan belajar banyak hal, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kepribadian anak dikemudian hari.

    Metode pembelajaran tersebut adalah: “Bermain Sambil Belajar Dengan Sarana Bermain Enam Sentra Pengembangan Integrasi Pendidikan Agama Melalui Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi”.

    Metode “Bermain Sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama melalui Ilmu Pengetahuan dan tehnologi” tersebut adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara bermain yang terintegrasi Pendidikan Agama melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan tehnologi.

    Dengan Moving Class system, kegiatan bermain dilakukan dengan cara berpindah ruang atau sudut sesuai dengan jadwal perputaran sudut yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kejenuhan anak dalam bermain dan belajar. Dengan pola dan media permainan yang beragam dan lebih variatif akan memotivasi kreativitas anak berkembang lebih optimal.

    Metode pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam berdaya pikir, berdaya cipta, berbahasa, berketrampilan dan mengapresiasi seni baik seni musik, tari maupun suara serta dalam berkegiatan bermain serta berinteraksi sosial anak sehari-hari.

    Kegiatan pengembangan dilaksanakan dalam sentra-sentra pengembangan yang dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, yaitu:

1.Sentra Persiapan Karunia Allah SWT

2.Sentra Ibadah Karunia Allah SWT

3.Sentra Main dan Peran Allah SWT

4.Sentra Balok Karunia Allah SWT

5.Sentra Kreatifitas dan Seni Karunia Allah SWT

6.Sentra Bahan Alam Karunia Allah SWT

    Hal ini untuk memudahkan guru dalam pencapaian tujuan dan target pengembangan yang telah ditentukan/direncanakan seoptimal mungkin.Dalam setiap kegiatan sentra bermain, anak harus bermain bersama untuk setiap jenis permainan minimal dua orang. Hal ini dimaksudkan agar anak memiliki teman bicara dan berdiskusi dalam rangka pengembangan bahasa dan aspek perkembangan lainnya.

    Dalam pelaksanaannya, kegiatan belajar mengajar dikelola oleh seorang guru yang menguasai bidang pengembangan tertentu. Satu kelompok belajar terdiri max 15 anak. Guru terbagi dalam dua kategori tugas, yaitu:

    Guru kelompok bertugas mengumpulkan data/hasil perkembangan anak setiap harinya dari setiap sudut pengembangan dan melaporkannya kepada orang tua murid. Bertanggungjawab dalam kegiatan materi pagi, yang meliputi: do’a sehari-hari, pengenalan surat-surat pendek, pembahasan tema, pengenalan huruf dan angka, pengenalan huruf Al Qur’an serta pembacaan cerita.

    Guru sentra menangani semua kelompok secara bergiliran. Bertugas mengatur dan menfasilitasi kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab pada sudutnya masing-masing. Pemanfaatan sudut pengembangan tidak mutlak seluruhnya harus digunakan. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Yang terpenting bahwa dalam setiap kegiatan bermain harus terintegrasi pendidikan agama dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

B.Perputaran Sentra

    Perputaran sudut adalah perputaran ruang bermain anak. Perputaran ini diatur secara bergiliran antar kelompok sesuai dengan kelompok usia, agar tidak terjadi perbenturan waktu bermain sehingga anak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seluruh kegiatan bermain di semua sudut dalam hari-hari sekolahnya.
       
Manfaat Bermain bagi Tumbuh Kembang Anak
Perkembangankognitif
Bermain bukan hanya merupakan cara unik anak untukbelajar mengenai dunianya, tetapi juga cara mereka untuk belajar tentang dirisendiri dan bagaimana mereka menempatkan diri dalam dunianya, mengembangkanpengetahuan dan memperdalam pemahaman mereka melalui siklus belajar yangberulang-ulang (Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Bermain aktif juga mendorongpemaknaan akan suatu konsep secara personal. Anak akan lebih mudah mengingatsituasi, ide, dan keterampilan yang dianggap relevan dengan kondisi dan keadaanmereka (Formberg, 2002).Kegiatan belajar berbasis permainan juga memberikankesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan sertamengembangkan perasaan kompeten dan percaya diri.
Dalam bermain bebas anak dapat mengembangkankreativitasnya dan mencoba berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalahyang mereka hadapi dalam permainan. Dengan demikian, mereka meningkatkankemampuan perencanaan, berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat, danpemecahan masalah yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan nyata(Ginsburg, 2007). Di samping itu, bermain dengan teman sebaya atau orang lainjuga dapat memperkaya kosa kata dan keterampilan berkomunikasi anak.
Perkembangan fisik
Karena bermain seringkali melibatkan aktivitas fisik,maka sangat erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan motorik kasar, motorik halus, dan skema tubuh ( Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Dengan kemampuantersebut anak akan merasa lebih percaya diri, stabil, mampu mengkoordinasikangerakan yang merupakan modal dasar contohnya dalam kegiatan olah raga, duduk dikelas, menulis, dan sebagainya.
Perkembangan Sosial dan Emosional
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasaruntuk merasa menjadi bagian dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalamsuatu kelompok dengan komposisi dan peranan yang berbeda-beda. Melalui kegiatanbermain anak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalamberinteraksi seperti menunggu giliran, mengungkapkan perasaan dan keinginansecara adaptif, berkomunikasi, dan mematuhi aturan-aturan sosial. Selain itu,bermain dengan orang lain juga memberikan kesempatan bagi anak untukmenyesuaikan tindakan mereka dengan orang lain, memahami sudut pandang dankebutuhan orang lain, mengatur emosi dan mengendalikan diri, serta berbagi’kekuasaan’, tempat, dan ide dengan teman bermain (Creasy, Jarvis, & Berk,1998).
Jenis-jenisPermainan
Sensorimotor dan practice play
Sejakdini, bayi menggunakan panca inderanya untuk mengekplorasi lingkungan dandunianya. Mereka melatih keterampilan motorik melalui gerakan repetitif sepertimenggapai dan menggenggam. Jenis mainan yang kaya akan warna, bentuk, tekstur ,dan bunyi dapat menstimulasi panca indera anak.
Permainan fungsional
Melaluipermainan fungsional bayi dan anak dapat mencari tahu apa saja yang dapatdilakukan suatu objek atau hal-hal yang dapat mereka lakukan terhadap objektersebut. Anak berusia 12 – 18 bulan menyukai mainan yang bereaksi terhadaptindakan mereka seperti mengeluarkan bunyi ketika tombol ditekan, boneka yangkeluar ketika kotak dibuka. Dari kegiatan ini anak mempelajari dampak darigerakan atau tindakan mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Kemudian menginjak usia tiga tahun, sebagian besar mainan bersifat fungsional. Objek yang dapat dimanipulasi seperti lilin,cat, balok, boneka, dan puzzle semakin banyak dimainkan oleh anak.
Permainan Konstruktif
Sekitar usia empat tahun kegiatan bermain fungsional cenderung berkurang. Seiring dengan perkembangannya anak mulai mampu untuk membuat atau menghasilkan sesuatu eperti gambar, membangun balok, atau membentuk lilin. Permainan konstruktif merupakan sarana yang sangat baik untuk mengembangkan keterampilan motorikhalus dan koordinasi mata-gerakan tangan pada anak.
Permainan Imaginatif
Permainan imaginatif atau bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial, emosional,dan bahasa anak. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya melalui improvisasi peran, mengeksplorasi peran atau menirukan kegiatan orang-orang di sekitarnya,belajar bekerja sama, saling berbagi, dan memecahkan masalah. Munculnya jenis permainan ini menandakan berkembangnya kemampuan untuk berpikir simbolis dan juga sangat penting untuk perkembangan bahasa dimana anak menggunakan lebih banyak kosakata dan mampu menyusun sebuah cerita yang berkesinambungan. Disamping itu, permainan peran juga membantu anak untuk mengatasi ketakutan dan masalah yang ia hadapi karena seringkali hal tersebut direfleksikan dalam permainan.
Peran Orangtua dalam Kegiatan Bermain Anak
Besarnya implikasi bermain dalam setiap aspek perkembangan anak tidak terlepas dari keterlibatan orang tua atau pengasuh salah satunya dengan menyediakan fasilitas atau tempat yang aman bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya dengan bebas. Orang tua juga dapat mengembangkan permainan anak agar mendapat informasiyang lebih kaya. Meskipun terlibat dalam permainan anak, orangtua sebaiknya tetap membebaskan anak untuk menggunakan imaginasi dan kreativitasnya dengan tidak terlalu direktif dan mengatur jalannya permainan atau justru terlalu’memberikan kemudahkan’ pada anak sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah tidak terasah. Ketika bermain dengan anak orangtua juga dapat menantang anak dengan memberikan hambatan atau masalah-masalah sederhana, contohnya dalam bermain peran, agar kemampuannya untuk memecahkan masalah meningkat secarabertahap, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, berpikir secara lebih fleksibel dan mampu meregulasi emosinya. ( oleh P.L. GENI M.Psi klinis Anak RS.PELNI telah disampaikan pada acara symposium 25April 2009 )
         
Arti Bermain Bagi Anak


Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal.
Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, bergantung pada keingingan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta.
Begitu akrabnya kegiatan bermain ini dengan keseharian kita, sehingga kita kerap menganggapnya sebagai kegiatan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Namun, benarkah demikian?
Bermain versus bekerja
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan fungsional. Pengertian ini membedakan antara bermain dengan bekerja, yang memiliki tujuan tertentu dan tidak harus menimbulkan kesenangan.
Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal.
Bermain dan perkembangan anak
Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Elizabeth B. Hurlock, salah seorang pakar perkembangan anak, menuliskan dalam buku Child Development, setidaknya ada 11 manfaat dari kegiatan bermain bagi anak. Namun saya hanya akan menguraikan 9 di antaranya, yaitu:
1. Perkembangan fisik
Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional “gobak sodor” atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata. Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik. Selain itu, bermain juga berfungsi untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada anak, yang bila terus terpendam akan membuat anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Sering kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Ketegangan ini berkurang ketika anak bermain. Aturan-aturan ketat yang mesti ditaati di rumah, misalnya jadwal belajar anak, sering kali membuat anak merasa terkekang. Jika tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, maka kondisi ini akan terus membebani sang anak. Para orang tua dapat memperbaiki kondisi ini dengan terus membangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anaknya, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, bukan menceramahi.
Selain itu, anak pun perlu diberikan kesempatan cukup untuk beristirahat pada waktu yang telah disepakati bersama. Sebab kita sama-sama mengetahui bahwa terlalu mengekang anak, sama buruknya dengan memberikan kebebasan yang tanpa batas. Melalui bermain anak menyalurkan beban emosionalnya secara menyenangkan. Mereka dapat berbagi cerita dengan teman-teman bermainnya untuk tujuan ini.
3. Dorongan berkomunikasi
Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar peserta bermain.
4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan.
Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata.
5. Sumber belajar
Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan.
Semakin beragam media permainan serta banyaknya variasi kegiatan, kian semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka terima. Hal ini dapat difasilitasi oleh para orang tua dengan cara memasukkan unsur pengetahuan populer dalam permainan anak. Bermain sambil belajar akan memberikan dua manfaat sekaligus pada anak, yaitu kesenangan serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.
6. Rangsangan bagi kreativitas.
Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya.
Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.
7. Perkembangan wawasan diri.
Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak.
8. Belajar bersosialisasi.
Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.

Comments

Popular posts from this blog

Permasalahan Pada Eksternal Hardware PC

No. Klasifikasi Masalah Identifikasi Masalah Diagnosa Masalah Penyelesaian Masalah 1. Printer · Selalu muncul warning di monitor ·   Periksa sumber listrik dan kabel power printer, bisa menggunakan test pen. · Perika colokan ke sumber listrik, apakah sudah terpasang dengan baik. · Mencetak tidak sesuai setting ·   Periksa kabel data yang di gunakan · ganti dengan kabel data yang lain · Print kertas double · Kertas menempel pada kertas yang lainnya · Rapikan kertas sebelum di masukkan kedalam printer 2. TV Tuner · Gambar tidak jelas · Sambungan ke TV tuner tidak rapat · Periksa sambungan · Tidak dapat menyipan ke memori ·   Memori tidak rapat · Rapatkan memori · Suara tidak ada · Kabel speaker putus · Sambung kabel

Perbedaan Individual Peserta Didik

A.  Pengertian Individu Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau  homo sapiens, mahluk yang berbuat atau  homo faber, mahluk yang dapat dididik atau  homo educandum dan seterusnya. Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupann

TOKOH PAUD

NO NAMA RANGKUMAN PENCAPAIAN 1 Jon amos Comenius (1592-1670) Pada 1631 menerbitkan the school of infancy yang berfokus pada tahun-tahun awal pendidikan seorang anak dan khususnya mengenai pendidikan oleh para ibu dirumah. Pada 1658 orbis sensualium bukuk bergambarnya yang pertama bagi anak-anak diterbitkan 2 Jean-jacques rousseau 1712-1778 Pada 1762 menerbitkan emile yang menjelaskan pandangannya tetang sistem pendidikan universal melalui pengalaman anak bernama emile. 3 J.H. Pestalozzi 1746-1827 Pada 1780 menerbitkan leonard and Gertrude: a book for the people yang memaparkan pandangan mengenai pendidikan sebagai pusat regenerasi sebuah komunitas. Dia menulis;sekolah betul-betul memerlukan hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan rumah. Dia percaya bahwa para ibu harus cukup terdidik untuk meyngajar anak-anaknya di rumah.