Skip to main content

Maria Montessori


Gambar: hhtps//.paudunimed.blogspot.com


Description: E:\rahmah\pak akil\new.PNG
MARIA MONTESSORI (1870-1952)
Maria Montessori lahir  pada tahun 1870 di Chiaravalle, Italia. Dia menjadi wanita pertama yang mendapat gelar Doctor of Medicine. Montessori seperti yang dikutip oleh Soejono (1988:77-102) sangat berminat  terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang. Setelah lulus dari kedokteran, ia bekerja di klinik Psikiater Universitas Roma.
Pekerjaannya yang berhubungan dengan anak-anak yang menyandang cacat mental. Montessori banyak menemukan ide dan gagasan bagi pendidikan untuk anak normal, lebih khusus lagi diperuntukkan bagi anak dibawah lima tahun. Montessori membuat sekolah pertamanya di rumah kumuh di Roma pada tahun 1907, sekolah ini disebut Casa dei bambini  yang artinya rumah anak. Sekolah tersebut dipersiapkan untuk anak cacat mental. Pada tahun 1909, Montessori menerbitkan buku tentang Scientific Pedagogy as Aplied to Child Education in the Children’s House, sebagai wujud nyata dari minatnya yang begitu besar terhadap pendidikan anak. Secara perlahan pemikiran.. Semasa hidupnya banyak dihabiskan untuk penelitian dan juga banyak penghargaan diterimanya. Maria Montessori meninggal di Belanda 1952 pada masa usia 81 tahun dan digantikan oleh putranya sebagai direksi Association Montessori International yang berkantor pusat di Amsterdam[1]. Ayahnya seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memegang ide-ide tradisional mengenai peran wanita didalam masyarakat. Ibunya, sebaliknya berharap Montessori dapat menggapai cita-citanya setinggi mungkin, harapan inilah yang menguatkan hati Montessori. Diceritakan ketika Montessori sakit parah saat berusia 10 tahun, dia menghibur hati ibunya yang cemas “Engkau jangan khawatir Mama aku tidak akan mati, masih banyak hal yang harus ku kerjakan dalam hidup ini”[2](Kramer,1976,h28)



Pandangan Montessori tentang Anak
Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa usia dini.Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini dapat dicermati dari beberapa falsafah berikut ini :
·         Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam keadaan pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan
·         Anak usia dini senang sekali belajar, selalu ingin tahu dan mencoba. Tugas orang dewasa adalah mendorong, memberi kesempatan, belajar dan membiarkan anak belajar sendiri.
·         Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentang usia sejak lahir sampai umur 6 tahun.
·         Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan.
·         Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, ia membutuhkan kesempatan untuk bergerak, bereksplorasi, belajar melalui alat inderanya.
·         Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar, yang disebut dengan periode sensitif untuk belajar.
·         Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya.
·         Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri. Anak harus bebas bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya didalam kelas disertaidisiplin diri.
·         Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, dan tidak boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari oleh anak.
·         Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak lain
·         Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksanakan tugas-tugas sederhana.
·         Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap atau matang untuk belajar, dia tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri dan keinginan untuk belajar lebih banyak[3].

Anak menurut Montessori adalah  individu unik dan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Agar dapat berkembang optimal, anak membutuhkan lingkungan yang mendukungnya, termasuk orang yang dewasa (orang tua, guru) untuk memfasilitasinya. Akan tetapi disisi lain, Montessori mengingatkan bahwa anak bukalah miniatur orang dewasa atau benda kosong yang harus diisi sesuatu, anak adalah anak dengan segala keunikannya. Orang dewasa harus menghilangkan sifat egosentris dan otoriter terhadap anak serta tidak memaksa keinginannya untuk menjejal anak dengan pengetahuan dan pengalamannya, meskipun menurutnya itu baik bagi anak.


 Sebaliknya, orang dewasa seharusnya bertindak sebagai fasilitator yakni menciptakan ikim lingkungan konduif, aman, dan nyaman sehingga perkembangan anak dapat berproses secara alamiah. Orang dewasa juga berperan mengantar anak agar ia memiliki kesiapan untuk mempelajari sesuatu untuk dirinya kepada orang dewasa.

      Prinsip lain dalam metode Montessori adalah the absorbent mind, bahwa anak secara alami memiliki kemampuan menyerap (pengisap) pengetahuan secara langsung kedalam kehidupan psikisnya. Anak belajar (menyerap pengetahuan) sendiri  dari lingkungannnya. Ia belajar  karena ia sedang berpikir. Apa yang ia pelajari bergantung  dari apa yang dikatakannya dan dilakukan oleh oang disekitarnya[4].


Pandangan Montessori tentang pendidikan anak tidak terlepas dari pengaruh pemikiran Rousseau dan Pestalozzi, yang menenekankan pada kondisi lingkungan bebas dan penuh kasih agar potensi anak dapat berkembang optimal. Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah atau TK sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian, dan pengarahan diri. Pendidikan Montessori juga mencakup pendidikan jasmani, berkebun, dan belajar tentang alam.


Montessori  lebih bersifat praktis daripada teoritis yang berpendapat bahwa keliru jika kita mengasumsikan anak-anak adalah apapun yang kita buat jadi demikian karena mereka ternyata juga belajar dengan cara mereka sendiri, dari dorongan kedewasaan mereka sendiri.


Prinsip Didaktis-Metodis Pendidikan Anak Montessori
1.      Semua Anak Mempunyai “Penyerapan Pikiran”
Description: http://www.montessori.edu/childMontessori berpendapat bahwa setiap anak mempunyai pikiran yang mudah mencercap. Karyanya yang berjudul The Absorbent Mind (pikiran yang mudah menyerap membuktikan hal itu. Montessori mengatakan :
       “A child is fundamentally different from a adult in the way he learns. It has what Montessori called an absorbent mind, on that environment, learning about it at rapid rate.” (Lesley britton, 1992).
       Seorang anak pada dasarnya berbeda dengan orang dewasa pada cara dia belajar. Anak memilki apa yang disebut Montessori sebagai absorbent mind (pikiran yang mudah menyerap) pada satu lingkungan belajar tentang hal tersebut pada tingkat yang cepat”.
       Lebih lanjut, Montessori mengatakan bahwa penyerapan anak-anak tidak serta tanpa filter. Ia berbeda pendapat dengan john locke dengan teori tabularasanya yang memperlakukan anak sebagai kertas putih yang bebas dicoret-coret. Dalam hal ini, Montessori dengan tegas mengatakan :
       “ do not  assume from what I have already said that a child of this age has a mind like a blank sheet of paper. Or an empty vessel that will be gradually fill up, absorbing indiscriminately during this period is active, rather than passive. “
       “Jangan menganggap bahwa pikiran seorang anak itu seerti kertas putih atau bejana kosong yang secara sedikit demi sedikit diisi, menyerap tanpa membedakan. Proses penyerapan pada peiode ini lebih bersifat aktif daripada pasif.”
            Inilah masa penyerapan pikiran anak yang sangat mudah tetapi tidak bisa dipermudah. Ia bisa menolak apa yang ia tidak suka, dan menerima apa saja yang ia sukai. Montessori mengamati bahwa sejak masa bayi anak-anak mampu menyerap setiap pengalaman dengan cara yang kuat dan langsung. Melalui proses penyerapan seperti ini, pikiran benar-benar terbentuk.


Montessori menemukan bahwa setiap anak pasti melewati masa peka atau masa sensitif . masa-masa peka tersebut oleh lesley britton dipetakan menjadi 6 periode, yaitu periode keteraturan (sensitivity to order), periode kepekaan bahasa (sensitivity tp walking ), periode kepekaan terhadap kehidupan sosial ( sensitivity to the social aspects of life), kepekaan terhadap detail ( sensitivity to small object), dan kepekaan terhadap kesiapan belajar ( sensitivity learning through the sense).


       Namun, Montessori tidak begitu jelas memberi batasan usia pada setiap periodenya. Dalam hal ini, anggani sudono membagi masa peka Montessori mnjadi 9 periode dengan membatasi usia masing-masing periode dengan jelas. kesembilan  masa peka teasebut yaitu pada usia (0-3 tahun) masa penyerapan, (1,5-3 tahun) masa perkembangan bahasa, ( 1,5-4 tahun) masa kordinasi organ tubuh, (2-4 tahun) masa penyempurnaan gerakan, (2,5-6 tahun) masa sempurnanya fungsi panca indra, (3-6 tahun) masa peka terhadap orang dewasa, (3,5-4,5 tahun ) masa mencoret-coret, (4-4,5 tahun ) masa perkembangan indra peraba, dan (4,5-5,5 tahun) masa mulai tumbuh minat baca. Berikut tabel masa peka anak menurut Montessori :


usia
Peride kepekaan
Ciri perkembangan masa peka
0-3 tahun
Kepekaan keteraturan
Masa penyerapan total, perkenalan dan pengalaman panca indra sensorik
0-6 tahun
Kepekaa bahasa
Kemampuan menangkap makna kata atau simbol
1,2-1,5 tahun
Kepekaan berjalan
Masa penyempurnaan gerakan kaki dan berjalan dengan kokoh
3-6 tahun
Kepekaan terhadap kehidupan sosial
Anak menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari teman kelompoknya.
2,5-6 tahun
Kepekaan terhadap detail
Penyempurnaan penggunaan panca indra dimana anak menaruh perhatian pada objek-objek kecil
4-6 tahun
Kepekaan terhadap pelajaran
Anak telah siap menerima pelajaran dan memahaminya dengan akal sehatnya[5]

Pandangan Montessori tentang the absorbent mind sejalan dengan hasil pengamatan selama enam tahun terhadap anak sendiri. Ketika lahir, seorang anak telah dibekali potensi dengan lengkap oleh Sang Pencipta, akan tetapi ia belum bisa apa-apa dan harus bergantung kepada orang lain. Seiring dengan perkembangan otak yang luar biasa, semua indra (mata, telinga, hidung, kulit lidah) mulai bekerja menyerap pengetahuan (informasi) apa saja. Semakin bertambahnya usia, pengetahuan anak semakin bertambah dengan keterampilannya. Disini peran lingkungan anak sangat penting, semakin kaya peran lingkungan sekitar  anak akan semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Orangtua merupakan penyedia pengetahuan pertama dan berharga bagi anak pada masa usia dini, terutama sejak lahir sampai tiga tahun.[6]   

2.      Semua Anak  Ingin Belajar
Prinsip metode pendidikan Montessori adalah keinginan anak untuk belajar. Montessori menyadari bahwa semua anak-anak mempunyai suatu motivasi bawaan  sejak lahir untuk belajar sehingga anda tidak bisa melarang mereka melakukannya.


                   Selanjutnya, Montessori menegaskan bahwa motivasi bawaan untuk belajar tersenut harus diwujudkan dalam aktivitas gerakan. Gerakan yang dimaksud disini adalah permainan. Dengan mengoptimalkan gerakan, perkembangan otaknya semakin sempurna. Disamping itu, gerakan akan memperkuat otot. Diantara perpaduan otak dan otot, Montessori satu unsur lagi yaitu perasaan. Ketiganya menurut Montessori harus bekerja bersama secara kompak dan seimbang.


                   Walaupun menggunakan ketiga unsur secara seimbang, tetapi setiap anak akan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya masing-masing. Bahkan, walaupun tingkat perkembangannya sama, tetapi cara belajar mereka bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh sifat “unik” anak yang memang secara kodrati berbeda dan tidak ada yang sama antara anak yang satu dengan anak yang lain.


   “ semua anak belajar sesuai dengan tahapan mereka sendiri dan sesuai dengan waktu mereka sendiri. Tidak ada dua anak yang mirip, sehingga tidak baik memaksa seorang anak untuk melakukan sesuatu yang berlawanan terhadap kehendaknya. Lebih baik memperkenalkan suatu gagasan tersebut dari waktu ke waktu sampai anak anda menunjukkan ketertarikan pada gagasan tersebut dan mengatakan ingin mencobanya. Kemudian anda dapat mendorong keikutsertaan yang aktif, membangun kepercayaan dirinya sehingga dimasa yang datang ia boleh tampil ke depan dengan lebih cepat mencoba sesuatu yang baru”. (Lesley Britton, 1992).


   Dari prinsip dasar ini maka tugas guru dan orangtua sesungguhnya lebih bersifat pasif daripada aktif. Guru harus mengikuti kehendak anak didiknya dan tidak mempunyai intervensi apalagi memaksanya.


3.      Semua anak belajar dengan bermain
Description: montessori in schoolPrinsip didaktis-metodis Montessori selanjutnya adalah semua anak belajar dengan bermain. Bagi Montessori, bermain di kalangan anak-anak sama halnya dengan “kerja” pada kalangan orang dewasa. Mungkin, orang dewasa memandang bahwa permainan adalah main-main yang tanpa keseriusan. Namun bagi anak-anak, bermain adalah “kerja” yang dilakukan dengan penuh kesungguhan. Montessori  memandang bahwa permainan merupakan “kebutuhan batiniah” setiap anak karena bermain mampu menyenangkan hati, meningkatkan keterampilan dan meningkatkan perkembangannya. Konsep bermain inilah yang disebutnya ssebagai belajar sambil bermain.


Demikianlah prinsip  didaktis-metodis Montessori. Ketiga prinsip diatas selanjutnya akan berpengaruh pada esensi metode pendidikan montessori secara lebih praktis.


Adapun lingkungan yang harus dipersiapkan. Berkaitan dengan lingkungan belajar, Montessori memendang perlunya dipersiapkan sebuah lingkungan sebagai tempat belajar anak, apakah berbrntuk kelas atau tempat bermain, atau sebuah kamar dirumah. Pada dasarnya ruang kelas merupakan tempat dimana anak dapat dengan bebas belajar sesuai minatnya, baik secara individual maupun dalam kelompok kecil. Ruang kelas yang ideal menurut 

Montessori menyediakan bahan-bahan atau perlengkapan belajar yang lengkap dengan rancangan kegiatannya. Meja dan kursi siswa boleh ada tetapi tidak mengganggu pola interaksi anak dengan bahan belajarnya. Anak dapat memanfaatkan ruangan kelas secara leluasa seperti duduk dilantai tanpa kursi. Tempat duduk anak tidak terpaku menghadap ke satu sisi ruangan, seperti kelas konvensional dimana anak harus duduk menghadap guru dengan papan tulisnya, tetapi bebas bergerak. Guru tidak perlu meja karena ia bisa bergerak kemana saja.


Metode dan bahan pembelajaran Montessori mengelompokkan aktivitas belajar dan bahan-bahan belajar kedalam tiga area, yaitu practice life atau pendidikan gerak, sensory materials untuk melatih indra dan academic materials untuk pengajaran menulis dan membaca. Dalam kelompok practical life diajarkan empat latihan yang berbeda yaitu merawat diri (contoh berpakaian, mengancing baju, memasang tali sepatu, mencucui tangan); hubungan sosial (contoh pelajaran sopan santun, hormat-menghormati); dan control gerakan dan kordinasi (berjalan, melompat, melatih keseimbangan, menuangkan benda dalam gelas). Kelompok sensory materials berisi aktivitas dan bahan-bahan yang melatih penglihatan (seperti besar-kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek, ukuran ); melatih pendengaran (membedakan bunyi bel, kotak suara,); melatih perabaan (halus-kasar, padat-cair); melatih perasa atau lidah dan melatih pembauan. Kelompok academic materials berupa bahan-bahan untuk mengajar menulis, membaca dan matematika.


Peranan guru. Guru yang disebut sebagai direktris dalam pendidikan Montessori berperan pertama, menjadikan anak sebagai pusat belajar. Guru bukan bertugas berbicara tetapi mempersiapkan kebutuhan anak. Kedua, mendorong anak-anak  untuk menggunakan kebebasan yang disediakan untuk mereka. Ketiga, mengamati anak sambil mempersiapkan lingkungan terbaik terutama pada periode sensitif[7]


Berikut ini adalah esensi metode Montessori tersebut.
Esensi metode pendidikan montesori meliputi empat hal, yaitu semua  pendidikan adalah pendidikan diri sendiri, kebebasan, ketertiban, dan pengembangan indra.
1.      Semua pendidikan adalah pendidikan diri sendiri (child centred)
Menurut Montessori segala bentuk keberhasilan dan perkembangan jasmani dan rohani anak adalah hasil dari belajarnya sendiri. Ia tumbuh begitu cepat laksana anak panah yang melesat. Montessori mengatakan :
“ perkembangan laksana sebuah anak panah yang lepas dari busurnya, yang melesat, lurus, cepat dan mantap… ia menyempurnakan dirinya dan mengatasi setiap rintangan yang dijmpainya sepanjang jalan yang ditempuhnya” (Montessori, 2008).


Montessori mengedepankan oto-aktivitas anak sebab pada dasarnya setiap anak mempunyai :motivasi bawaan” untuk belajar. Motivasi bawaan ini tidak bisa dicegah oleh siapa pun sehingga ia akan belajar sesuai dengan taraf perkembangannya.

2.      Kebebasan
Dalam proses belajar mengajar, anak didik harus diberi kebebasan seluas-luasnya. Guru tidak boleh memaksakan materi tertentu kepada anak, walaupun materi tersebut sangat penting. Tugas guru lebih bersifat pasif dan hanya sebatas memberi stimulasi agar anak didik tertarik dengan stimulasinya tersebut. Konsekuensinya, dikelas sekolah montessorian tidak mungkin anak melakukan permainan yang sama. Bahkan, anak anak tidak beleh dipaksa duduk diam, melihat satu arah yaitu tempat dimana gurunya berdiri, mendengarkan dan pasif tak berkutip. Jika terpaksa harus duduk, kursi untuk anak harus berukuran kecil sehingga mudah dipindahkan sesuai kehendak anak ( Montessori, 2001). Di kelas sekolah montessorian tidak ada paksaan harus duduk ketika belajar. Anak-anak bebas berkeliaran, berdiri, tiduran, bahkan keluar kelas. Montessori mengatakan :
“ tak satupun pekerjaan dapat dipaksakan, tidak boleh ada ancaman, hadiah atau hukuman. Guru  harus bersikap pasif dan diam, menunggu dengan sabar dan nyaris menarik dirinya dari campur tangan aktif sedemikian rupa agar dapat menghapus kepribadiannya sendiri yang pada gilirannya memberikan banyak ruang bagi pengembangan jiwa anak”. (Montessori, 2008).


Dalam pandangan Montessori tujuan alamiah anak adalah kemandirian pada variasi “ aku bisa melakukannya sendiri”. Kebabasan diperlukan agar anak memilih apa yang paling berguna dan paling menarik dalam berbagai hal dari semua materi dan pengalaman yang ditawarkan. Sebagai gantinya, orang dewasa mengamati minat dan kegiatan anak, memperoleh wawasan dalam kepribadian dan perkembangan anak dan menyesuaikan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan anak. Menurut Montessori, disiplin sejati hanya bisa dimulai dalam kebebasan.[8]

3.      Ketertiban
Tertib dalam pandangan Montessori adalah bukan aturan ketat  seringkali membelenggu kebebasan anak didik. Dtalam pandangn Montessori, tertib adalah “seperangkat aturan “ untuk menunjang lancarnya proses belajar secara bebas. Misalnya seorang anak tidak boleh mengganggu teman yang lain, tidak berlari dan berteriak sehingga mengganggu temannya. Bahkan, ia tidak memperbolehkan anak didiknya menggunakan permainan yang tidak semestinya. Montessori mengatakan:
“ anak hanya dikatakan salah jika memancing keributan; misalnya membanting dirinya ke atas lantai, tertawa dan berteriak  dan banyak lagi atau anak yang lain mengikuti gerakannya dan melakukan perbuatan yang lebih buruk lagi”
Jika anak melanggar tata tertib diatas, ada sanksi atau hukuman bagi anak tersebut. Tetapi, sanksinya bukan hukuman fisik, melainkan hukuman psikis.

4.      Pengembangan indra
Menurut Montessori, masuknya segala pengertian dan konsep-konsep dalam pikiran anak adalah indra semata. Dalam hal ini, Montessori mennempatkan indra sebagai “ gerbang” jiwa anak. Jadi, segala hal yang diajarkan kepada anak harus berupa aktivitas secara konkret dan jelas. Atas dasar inilah muncul berbagai pandangan tentang imajinasi. Montesori sangat mendengungkan kebebasan beimajinasi. Ia mengatakan:
“ apakah cakrawala anak terbatas pada apa yang dilihatnya? Tidak ! ia memiliki jenis pikiran yang melampaui benda konkret. Ia memiliki kekuatan besar imajinasi. Pembayangan atau penggambaran secara mental, benda-benda yang tidak hadir secara fisik bergantung pada kemampuan mental khusus tingkat tinggi” (Montessori, 2008)[9].
Materi pelatihan dan pengembangan indra memiliki karakteristik berikut ini :
o   Kontrol  kesalahan. Materi dirancang agar anak melalui pengamatan dapat melihat apakah mereka melakukan kesalahan dalam menyelesaikan aktivitas.
o   Keterlibatan aktif. Mendorong keterlibatan aktif daripada pasif dengan cara melihat. Materi Montessori benar-benar langsung digunakan oleh anak dapat disebut pembelajaran aktif.
o   Daya tarik. Materi menarik dengan warna dan proporsi yang memikat anak. Dengan demikian, dapat membantu memuaskan dan estetika anak yaitu keindahan dan daya tarik.
Tujuan metode Maria Montessori adalah:
·         Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka.
·         Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor dan efektif yang ada pada diri mereka.
·         Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
·         Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
·         Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas.
·         Anak diajarkan untuk dapat berkonsentrasi dan berkreasi.
·         Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih sesuai dengan keinginan sendiri.
·         Mengembangkan sikap positif  dalam diri setiap anak
·         Membantu setiap anak mengembangkan rasa percaya diri sebagai seorang yang belajar secara bebas[10]


Karya Montessori
·         (1910) Pedagogical Anthropology : Antropologia Pedagogica
·         (1912) The Montessori method
·         (1914) Dr. Montessoris Own Handbook,
·         (1916)  The Self-Education In Schools Elementary; L’autoeducazione Nelle Scuole Elementarii
·         (1929) The Child In The Church
·         (1938) The Secret Of Childhood ;.Il Segreto Dell’infanzia);
·         (1949) Training Of Man ;Formazione Dell’uomo \
·         (1949 ) The Absorbent Mind; Bahasa Italia: La Mente Del Bambino, (1952);
·         (1949; 1972) The Education And Peace.; L’educazione E Pace
·         (1948);De L’enfant À L’adolescent
·         I bambini viventi nella Chiesa[11]

Sekolah Montessori terkenal diseluruh  dunia. Banyak ahli yang bersimpati pada metode Montessori. Psikolog yang bersimpati dan mengikuti cara Montessori yaitu Anna Freud. Ia mendirikan sekolah untuk anak-anak yang kehilangan orang tua pada saat perang, dengan mengikuti cara Montessori ia menerapkan metode sendiri. Selain itu, psikolog yang pernah mengikuti dan tama t dari sekolah Montessori adalah Erik Erikson.[12] Maria Montessori juga diabadikan di uang 1000 Lire Italia
Description: I:\maria montessori\index.jpgDescription: http://4.bp.blogspot.com/-0nAUdVkRKr0/UEBW4vY_kDI/AAAAAAAAAoE/C0MphBTek_U/s1600/img-thing.jpg
Akhir Hidup Terakhir
Hingga menjelang akhir hidupnya, Maria Montessori terus memberikan kuliah tentang metodenya, merintis dan membuka sekolah Montessori di seluruh dunia. Pada tahun 1929, Maria Montessori mendirikan Asosiaciation Montessori International untuk melanjutkan perjuangannya. Ia menghabiskan sisa hidupnya demi advokasi anak-anak, hak-hak mereka, dan mengakui pentingnya mereka sebagai harapan bagi perdamaian dunia masa depan. Sebelum meninggal dunia pada tahun. 1952, pencapaian Dr. Maria Montessori sudah diakui di seluruh dunia. Ia memperoleh berbagai penghargaan, dan dinominasikan tiga kali untuk Hadiah Nobel Perdamaian. Hingga hari ini, hasil penelitian Dr. Maria Montessori masih dijadikan acuan sekolah pendidikan dasar usia dini di berbagai negara di dunia, dan terbukti menghasilkan lulusan-lulusan yang terkenal kreatif, mampu berpikir out of the box, matang secara spiritual, dan berfokus pada penyelesaian masalah.[13] 


Montessori dibadikan dalam gambar uang ititali
gambar:https//wikiwand.com

Daftar Pustaka
Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,  Jakarta : PT Indeks.
Crain William. 2007. Teori perkembangan Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelolah PAUD Profesional, Jakarta : Gramedia 
Roopnaire, Jaipau L dan Johnson, James E. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta : Prenadanamedia Group
Ulfah, Maulidya dan Suyadi. 2013.Konsep Dasar PAUD, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Morisson, George S . 2012.Dasar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks.

Naisaban, Laidislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia Riwayat Hidup Pokok Pikiran Dan Karya. Jakarta : Grasindo.

Dr. Montessori. Depok Montessori school.http ://depokmontessori.org/dr-maria-montessori, (20 mei 2015, 19 :45)

penemu metode Montessori. Kevin Samara. http://tokoh2duniaku.blogspot.com/2012/08/maria-montessori-penemu-metode.html, (19 Mei 2015 , 17:00)  






[1]Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,  Jakarta : PT Indeks,  h.107
[2]  Crain William. 2007. Teori perkembangan Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, h.97


[3] Sujiono, Yuliani Nurani. 2012 .  Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,  Jakarta : PT INDEKS,  h.108
[4] Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelolah PAUD Profesional, Jakarta : Gramedia,  hh.40-41
[5] Ulfah, Maulidya dan Suyadi. 2013.Konsep Dasar PAUD, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, h.96
[6] Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelolah PAUD Profesional, Jakarta : Gramedia, h.42
[7] Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelolah PAUD Profesional, Jakarta : Gramedia, hh.43-44
[8] Roopnaire, Jaipau L dan Johnson, James E. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta : Prenadanamedia Group, h.389
[9] Ulfah, Maulidya dan Suyadi. 2013.Konsep Dasar PAUD, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hh.94-103
[10]Morisson, George S . 2012.Dasar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks

[11] Dr. Montessori. Depok Montessori school.http ://depokmontessori.org/dr-maria-montessori, (20 mei 2015, 19 :45)


[12] Naisaban, Laidislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia Riwayat Hidup Pokok Pikiran Dan Karya. Jakarta : Grasindo, h.292

[13]  penemu metode Montessori. Kevin Samara. http://tokoh2duniaku.blogspot.com/2012/08/maria-montessori-penemu-metode.html, (19 Mei 2015 , 17:00)  




Comments

MuftihaturBulan said…
This comment has been removed by the author.

Popular posts from this blog

Permasalahan Pada Eksternal Hardware PC

No. Klasifikasi Masalah Identifikasi Masalah Diagnosa Masalah Penyelesaian Masalah 1. Printer · Selalu muncul warning di monitor ·   Periksa sumber listrik dan kabel power printer, bisa menggunakan test pen. · Perika colokan ke sumber listrik, apakah sudah terpasang dengan baik. · Mencetak tidak sesuai setting ·   Periksa kabel data yang di gunakan · ganti dengan kabel data yang lain · Print kertas double · Kertas menempel pada kertas yang lainnya · Rapikan kertas sebelum di masukkan kedalam printer 2. TV Tuner · Gambar tidak jelas · Sambungan ke TV tuner tidak rapat · Periksa sambungan · Tidak dapat menyipan ke memori ·   Memori tidak rapat · Rapatkan memori · Suara tidak ada · Kabel speaker putus · Sambung kabel

Perbedaan Individual Peserta Didik

A.  Pengertian Individu Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau  homo sapiens, mahluk yang berbuat atau  homo faber, mahluk yang dapat dididik atau  homo educandum dan seterusnya. Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupann

TOKOH PAUD

NO NAMA RANGKUMAN PENCAPAIAN 1 Jon amos Comenius (1592-1670) Pada 1631 menerbitkan the school of infancy yang berfokus pada tahun-tahun awal pendidikan seorang anak dan khususnya mengenai pendidikan oleh para ibu dirumah. Pada 1658 orbis sensualium bukuk bergambarnya yang pertama bagi anak-anak diterbitkan 2 Jean-jacques rousseau 1712-1778 Pada 1762 menerbitkan emile yang menjelaskan pandangannya tetang sistem pendidikan universal melalui pengalaman anak bernama emile. 3 J.H. Pestalozzi 1746-1827 Pada 1780 menerbitkan leonard and Gertrude: a book for the people yang memaparkan pandangan mengenai pendidikan sebagai pusat regenerasi sebuah komunitas. Dia menulis;sekolah betul-betul memerlukan hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan rumah. Dia percaya bahwa para ibu harus cukup terdidik untuk meyngajar anak-anaknya di rumah.